Rabu, 07 Januari 2009

Israel salah sasaran

Operasi militer ”Cast Lead” yang dilancarkan militer Israel ke Jalur Gaza sejak 27 Desember 2008 mulai mengundang gugatan di dalam negeri. Aksi militer yang dikatakan untuk melindungi warga Israel dari gempuran roket pejuang Hamas ini ternyata telah menewaskan sedikitnya lima tentara Israel.
Gugatan ini terutama setelah sebuah tank Israel keliru menembak teman sendiri (friendly fire) pada Senin, 5 Januari malam. Unit elite dari brigade infanteri Golani, yang menguasai sebuah gedung bertingkat di kawasan utara Jalur Gaza dihantam peluru sebuah tank yang keliru membaca bangunan yang menjadi sasaran.
Akibatnya, tiga tentara Israel tewas seketika, empat tentara cedera berat, dan 20 tentara cedera ringan. Komandan Brigade Golani Kolonel Avi Peled yang memimpin operasi ini menderita cedera ringan. Ini korban tewas terbesar sejak operasi militer ini dimulai 11 hari lalu.
Sampai hari Selasa, sudah lima tentara Israel tewas. Selain tiga akibat ditembak teman sendiri, dua tentara tewas dalam baku tembak dengan pejuang Hamas di Gaza. Total korban dipihak Israel menjadi sembilan orang, empat di antaranya warga sipil.
”Kali ini kami mengenyahkan diri sendiri,” komentar di Radio Tentara Israel saat mewawancarai seorang pejabat kementerian pertahanan soal apakah operasi militer ini sukses. Kolumnis Amos Harel dalam surat kabar Israel, Haarezt, menulis, kematian tiga tentara Brigade Golani ini ”sebuah sukses signifikan pertama” bagi Hamas.
Intinya, operasi militer Israel ke Jalur Gaza ini justru ”memenangi” Hamas.

Tokoh Indonesia serukan pembantaian Israel di Gaza dihentikan

PBB diminta agar segera mengambil langkah yang signifikan untuk menghentikan aksi Israel yang sedang melakukan pembunuhan massal, sebagai akibat serangan membabi buta yang dilakukannya di Gaza.PBB diminta segera memaksa Israel dengan segala cara untuk menghentikan segala bentuk serangan ke wilayah-wilayah Palestina dalam waktu segera, memfasilitasi bantuan kemanusiaan, dan mendorong dialog untuk menyelesaikan konflik Israel dan Palestina secara permanen.Demikian seruan dari sekitar 100 tokoh sipil yang tergabung dalam Masyarakat Madani Indonesia, kepada El Mostafa Benlamih, Kepala Perwakilan PBB, Rabu, 7 Januari di Jakarta.Sejumlah tokoh yang mendatangi Kantor Perwakilan PBB, antara lain, Dien Syamsudin (MUI/PP Muhammadiyah), Prof. Komarudin Hidayat (Rektor UIN), AM Fatwa (MPR), Romo Beny (Perwakilan Katolik), Yuddy Chrisnandi (Partai Golkar), Irgan Chairil Mahfidz (PPP), Budiman Sujatmiko (PDI-P), Muktar Pakpahan (Partai Buruh), Hamdan Zoelva (PBB), Nathan Setiabudhi (PGI), Syafie Anwar (ICIP), Effendi Choirie (PKB), Moeryati Soedibyo (DPD), Rhoma Irama (Artis), dan tokoh-tokoh agama, intelektual, media, artis.Seperti dilaporkan Mukhlis Yusuf, Dirut LKBN ANTARA yang turut menghadiri seruan keprihatinan tersebut, El Mostafa Benlamih, menyampaikan apresiasinya terhadap kedatangan para tokoh sipil itu dan berjanji akan menyampaikan langsung seruan tersebut kepada Sekjen PBB di New York.Benlamih menyatakan semua unsur PBB juga merasakan keprihatinan hal yang sama, dan sedang melakukan daya upaya yang dapat dilakukan agar serangan itu segera dihentikan dan mendorong dialog untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi di Palestina.Benlamih menyatakan bahwa perang di Jalur Gaza bukanlah perang agama, melainkan konflik politik dan perang antara pihak yang kuat dan lemah.Menurutnya, perang yang saat ini masih berlangsung itu telah melampaui batas-batas kemanusiaan. Pernyataan Benlamih ini menanggapi sejumlah seruan keras yang disampaikan sejumlah tokoh yang hadir.Dalam pengantarnya, Dien Syamsudin mewakili seluruh tokoh yang hadir menyampaikan bahwa saat ini merupakan momentum bagi PBB untuk menjalankan peran yang dapat dilakukannya sebagai wadah berhimpunnya kepentingan bangsa-bangsa. "Inilah momentum bagi PBB untuk membuktikan eksistensinya, bila tidak, maka PBB akan dilupakan dan dinilai perpanjangan tangan negara-negara kuat atau kepentingan lobi negara-negara tertentu", kata Dien."Perang ini telah melampaui batas-batas kemanusiaan, karena anak-anak dan perempuan yang tidak ikut berperang telah menjadi korban yang mengenaskan", kata Prof Komarudin Hidayat.Pernyataan serupa disampaikan Budiman Sudjatmiko, politisi PDI-P, yang juga menyerukan agar PBB bersikap lebih keras terhadap Israel dan berlaku adil dalam menjalankan perannya, terutama perlindungan terhadap negara-negara yang menjadi korban dari negara-negara kuat.

Chavez ejek Israel pengecut

Presiden Venezuela Hugo Chavez, Selasa 6 Januari waktu setempat, menyebut tentara Israel pengecut karena serangannya di Jalur Gaza.Ia menegaskan, rakyat Israel harus memprotes serangan yang telah menewaskan lebih dari 600 orang itu."Betapa pengecutnya tentara Israel. Mereka menyerang penduduk yang lemah, sedang tidur, tidak bersalah, dan mereka berdalih bahwa mereka membela rakyat mereka," kata Chavez kepada wartawan. "Saya mengimbau rakyat Israel bangkit melawan pemerintah."Ia mengatakan, Presiden Shimon Peres dari Israel dan George W Bush dari AS harus diadili di Pengadilan Internasional karena pembantaian di Jalur Gaza itu.Dalam kunjungan ke sebuah rumah sakit anak-anak di Caracas, Chavez mengatakan, masyarakat internasional harus menghentikan "tindakan gila" di Gaza itu, dan menambahkan bahwa pemerintahnya sedang berusaha untuk mengirim bantuan kemanusiaan kepada rakyat Palestina.Chavez mengatakan walaupun pemerintahnya menghormati rakyat Israel yang tinggal di Venezuela, ia menginginkan bahwa masyarakat Yahudi Venezuela menentang tindakan biadab ini."Mereka menuduh (Presiden Iran) Mahmoud Ahmadinejad bertanggung jawab atas genosida, tetapi tidak ada sepotong bukti pun ia menginvasi siapa pun. Venezuela tidak menduduki daerah mana pun," kata Chavez."Mereka menuduh (Pemimpin Kuba) Fidel Castro seorang yang kejam dan seorang pembunuh," kata Chavez tentang beberapa sekutunya. Ia mengeluhkan tidak ada tuduhan-tuduhan semacam itu dilontarkan terhadap Peres. "Betapa sinisnya dunia," kata Chavez.

Apakah menurut anda penyataan yang diungkapkan Chavez ini benar?